Masjid Adalah Sentra Aktifitas Umat |
AGAMA ISLAM ADALAH PEMBEDA
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala
kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar." (QS. Al-Anfaal: 29)
Seruan terakhir kepada orang-orang yang beriman, dalam segmen ini, ialah
seruan untuk bertakwa. Karena, tidak mungkin hati ini mau memikul beban yang
demikian berat kecuali ia berada di atas landasan yang jelas dan mendapatkan
cahaya yang dapat menyingkap syubhat-syubhat, menghilangkan waswas, dan
meneguhkan kaki di jalan yang panjang dan penuh duri.
Kehadiran islam adalah membedakan antara budaya yang hak dan batil yang pada hakekatnya menjadi
pembeda antara budaya yang ada dimasa itu,sehingga kehadiran islam
dipandang aneh,berbeda dengan kebiasaan,tidak relefan dengan kondisi
zamanya.
Sehingga tidak bisa dielakan lagi jika para nabi itupun juga di anggap
orang yang aneh sebagaiman Nabi Muhammad dijuluki dengan orang gila,Nabi
Nuh dan juga Nabi Ibrahim.
karena beliau adalah membawa risalah yang berbeda dengan tradisi yang
terjadi pada masa itu,dengan bahasa kita sekarang dianggapnya melawan
arus dan sebagainya,tetapi pada fitrahnya penyeru kebenaran adalah
mangalami hal yang sama hanya yang membedakan adalah masa dan
kondisinya.
Tidaklah hati memiliki furqaan atau daya pembeda antara hak dan
batil ini kecuali dengan adanya sensitivitas takwa dan dengan adanya cahaya
Allah.
Inilah bekal, inilah persiapan perjalanan. Bekal takwa yang dapat
menghidupkan hati dan membangkitkannya. Juga menghimpun padanya
persiapan-persiapan kewaspadaan, kehati-hatian, dan penjagaan diri.
Persiapan cahaya pembimbing yang menyinari jalan-jalan berliku dan
tanjakan-tanjakan sejauh mata memandang. Sehingga, pandangannya tidak tertutup
oleh syubhat-syubhat yang menghalangi penglihatan secara total.
Bekal selanjutnya adalah bekal ampunan terhadap dosa-dosa, bekal yang
membawa ketenangan, ketenteraman, dan keteguhan. Setelah itu, adalah bekal
harapan terhadap karunia Allah Yang Mahaagung pada hari ketika semua perbekalan
telah tiada dan amalan tak dapat dilakukan.
Sungguh, ini adalah hakikat sebenarnya, bahwa takwa kepada Allah itu menjadi
furqaan di dalam hati, yang menerangi jalan-jalan yang berbelok-belok, miring,
dan mendaki. Tetapi, hakikat ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang
merasakannya secara praktis. Karena keterangan saja tidak apat mengalihkan apa
yang terasa dalam hakikat ini kepada orang yang tidak merasakannya.
Urusan-urusan itu bisa menjadi kacau balau di dalam perasaan dan akal, jalan-jalan
pun bisa menjadi kacau balau dalam pandangan dan pikiran, dan kebatilan bisa
bercampur aduk di persimpangan-persimpangan jalan.
Hujjah atau argumentasi bisa saja membungkam lawan, tetapi belum tentu dapat
memuaskan, bisa menjadikan orang terdiam, tetapi belum tentu menjadikan hati
dan pikiran mau mematuhinya. Perbedaan bisa menjadi tak berguna. Dialog dan
diskusi hanya membuang tenaga dengan sia-sia.
Demikianlah bila tidak terdapat ketakwaan dalam hati. Apabila ada ketakwaan,
maka akal akan bersinar, kebenaran menjadi jelas, jalan-jalan menjadi terang
benderang, kalbu menjadi tenteram, hati menjadi tenang, dan kaki pun jadi
mantap dan teguh di jalan.
Sesungguhnya kebenaran itu sendiri tidaklah samar bagi fitrah. Sesungguhnya
terdapat sinergi dan keserasian antara fitrah dengan kebenaran. Fitrah itu
diciptakan dengan kebenaran, dan dengan kebenaran pula diciptakannya langit dan
bumi.
Namun, hawa nafsulah yang menghalangi antara kebenaran dan fitrah. Hawa
nafsulah yang menebarkan kegelapan, menghalangi pandangan, menggelapkan jalan,
dan menyamarkan jejak.
Hawa nafsu tidak dapat ditolak dengan argumentasi. Ia hanya dapat ditolak
dengan takwa, rasa takut kepada Allah, dan kesadaran bahwa ia diawasi oleh
Allah baik ketika bersembunyi maupun di hadapan orang lain.
Karena itu, hanya furqaan atau daya pembeda inilah yang dapat
menerangi mata batin, menghilangkan kesamaran, dan menerangi jalan.
Ini adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Tetapi, Allah dengan
kepemurahan-Nya menambah lagi dengan penghapusan kesalahan dan pengampunan
dosa-dosa. Kemudian ditambah lagi dengan karunia yang besar.
Sungguh ini merupakan pemberian sangat besar yang tidak dapat melakukannya
kecuali Tuhan Yang Maha Pemurah dan Memiliki karunia yang besar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar