KHUSYU’
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ
الرَّحِيمِ
Oleh : Ust.Supriyanto,M.Pd.I
Salah satu tanda keberuntungan orang beriman adalah jika dalam
shalatnya dapat dilaksanakan dengan khusyu’. Dalam Al-Qur’anditegaskan
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُون
Qad aflaha-‘l-mu’minuuna alladziina
hum
fii shalaatihim khaasyi’uuna
Artinya : Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalat mereka.
Q.s. Al-Mu’minun [23]: 1-2
Dari segi bahasa, kata “khusyu’” berarti “tunduk” atau
“merendah diri”. Artinya,perlakuan tunduk dan merendah diri tersebut
didasarkan pada kesadaran bahwa dirinya memang dalam posisi lebih lemah dan
lebih banyak kekurangan, sedangkan yang dihadapi adalah pihak yang kuat dan jauh
lebih sempurna.
Ada
beberapa cara untuk mencapai khusyu’ dalam ibadah shalat.
1. Sadar
peka-waktu. Artinya, shalat segera dikerjakan kalau memang waktu shalat
telah masuk dan diusahakan awal waktu.
Hadits Nabi Muhammad menjelaskan
:
Dari Abdullah
bin Mas’ud ra (diceritakan bahwa) dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah
saw: Amal apa yang paling disukai Allah?” Rasulullah saw menjawab: “Shalat
pada waktunya”. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Rasulullah saw
menjawab: “Berbuat kebajikan kepada kedua orangtua”. Aku bertanya
lagi:Kemudian apa lagi? Rasulullah saw menjawab: “Berjuang di jalan Allah”, (HR.
Bukhari dan Muslim).
2. Dilakukan
dengan berjamaah. Mukmin dengan Mukmin
lainnya bisa saling belajar dan meniru tentang kefasihan bacaan, ketenangan
shalat, ketertiban shalat,kerapihan pakaian shalat, disiplin waktu shalat, dan
sebagainya. Dengan demikian,setiap orang Mukmin akan dapat menutup kekurangannya
dalam melaksanakan shalat. Itulah antara lain sebabnya pahala shalat berjamaah
berlipat 27 (dua puluhtujuh) kali.
3. Thuma’ninah. Artinya, shalat dilakukan dengan penuh ketenangan, tidak tergesa-gesa,
tidak terburu-buru. Cukup waktu. Khususnya, ketika ruku’, sujud, dan duduk di
antara dua sujud. Seperti diketahui, muatan shalat pada hakikatnya adalah doa yang memerlukan penghayatan.
4. Faham terjemahan bacaan Bacaan
dalam shalat. Karena bagian
terbesar dalam shalat adalah pujian dan doa. Semuanya dalam bahasa Arab. Karena
itu, agar orang yang melakukan shalat memahami apa isi dari pujian dan doa
tersebut, maka perlu dipahami apa terjemahan dari ucapan pujian dan doa
tersebut.
5. Menghadirkan hati. Artinya, hati perlu
dikonsentrasikan penuh dalam menghayati gerakan dan bacaan shalat
seluruhnya.Bahwa antara gerak shalat dan bacaan shalat ada ikatan yang saling
menali (talitemali).
Isi bacaan sangat mungkin dapat lebih
ditangkap dengan pemahaman simbolik terhadap gerak shalat. Bacaan ruku’,
misalnya, dapat lebih dipahami dan dihayati kalau orang makin mendalami makna
simbolik dari gerak ruku’ yang dilakukannya. Di situlah hati akan hadir dan hati
tidak akan terganggu oleh faktor-faktor lainnya.
Jadi,
khusyu’ itu merupakan kondisi atau derajat batin yang menggambarkan rasa tunduk
dan merendah diri di hadapan Allah SwT.Untuk meraihnya dapat dipakai cara-cara
yang bersifat teknis yang 5 (lima) macamnya di atas. Insya Allah, kalau kelima
macam cara tersebut sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya, rasa
khusyu’ akan sangat mungkin diraih.
Wallaahu a’lam
bishshawaab