Kamis, 08 Mei 2014

Khusyu'

KHUSYU’
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Oleh : Ust.Supriyanto,M.Pd.I
Salah satu tanda keberuntungan orang beriman adalah jika dalam shalatnya dapat dilaksanakan dengan khusyu’. Dalam Al-Qur’anditegaskan
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ   * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُون
Qad aflaha-‘l-mu’minuuna alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uuna

Artinya : Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalat mereka. Q.s. Al-Mu’minun [23]: 1-2

Dari segi bahasa, kata “khusyu’” berarti “tunduk” atau “merendah diri”. Artinya,perlakuan tunduk dan merendah diri tersebut didasarkan pada kesadaran bahwa dirinya memang dalam posisi lebih lemah dan lebih banyak kekurangan, sedangkan yang dihadapi adalah pihak yang kuat dan jauh lebih sempurna.

Ada beberapa cara untuk mencapai khusyu’ dalam ibadah shalat.

1.  Sadar peka-waktu. Artinya, shalat segera dikerjakan kalau memang waktu shalat telah masuk dan diusahakan awal waktu.
Hadits Nabi Muhammad menjelaskan :
Dari Abdullah bin Mas’ud ra (diceritakan bahwa) dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw: Amal apa yang paling disukai Allah?” Rasulullah saw menjawab: “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Rasulullah saw menjawab: “Berbuat kebajikan kepada kedua orangtua”. Aku bertanya lagi:Kemudian apa lagi? Rasulullah saw menjawab: “Berjuang di jalan Allah”, (HR. Bukhari dan Muslim).
2.    Dilakukan dengan berjamaah.  Mukmin dengan Mukmin lainnya bisa saling belajar dan meniru tentang kefasihan bacaan, ketenangan shalat, ketertiban shalat,kerapihan pakaian shalat, disiplin waktu shalat, dan sebagainya. Dengan demikian,setiap orang Mukmin akan dapat menutup kekurangannya dalam melaksanakan shalat. Itulah antara lain sebabnya pahala shalat berjamaah berlipat 27 (dua puluhtujuh) kali.
3.    Thuma’ninah. Artinya, shalat dilakukan dengan penuh ketenangan, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru. Cukup waktu. Khususnya, ketika ruku’, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Seperti diketahui, muatan shalat pada hakikatnya adalah doa yang memerlukan penghayatan.
4.    Faham terjemahan bacaan Bacaan dalam shalat. Karena bagian terbesar dalam shalat adalah pujian dan doa. Semuanya dalam bahasa Arab. Karena itu, agar orang yang melakukan shalat memahami apa isi dari pujian dan doa tersebut, maka perlu dipahami apa terjemahan dari ucapan pujian dan doa tersebut.
5.    Menghadirkan hati. Artinya, hati perlu dikonsentrasikan penuh dalam menghayati gerakan dan bacaan shalat seluruhnya.Bahwa antara gerak shalat dan bacaan shalat ada ikatan yang saling menali (talitemali).
Isi bacaan sangat mungkin dapat lebih ditangkap dengan pemahaman simbolik terhadap gerak shalat. Bacaan ruku’, misalnya, dapat lebih dipahami dan dihayati kalau orang makin mendalami makna simbolik dari gerak ruku’ yang dilakukannya. Di situlah hati akan hadir dan hati tidak akan terganggu oleh faktor-faktor lainnya.
Jadi, khusyu’ itu merupakan kondisi atau derajat batin yang menggambarkan rasa tunduk dan merendah diri di hadapan Allah SwT.Untuk meraihnya dapat dipakai cara-cara yang bersifat teknis yang 5 (lima) macamnya di atas. Insya Allah, kalau kelima macam cara tersebut sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya, rasa khusyu’ akan sangat mungkin diraih.


Wallaahu a’lam bishshawaab

Tidak ada komentar :

Posting Komentar